Penyakit itai-itai ( イタイイタイ病 /ouch ouch
sickness) adalah kasus massal
keracunan kadmium yang
didokumentasikan di Prefektur
Toyama, Jepang. Keracunan
kadmium ini menyebabkan pelunakan
tulang dan gagal ginjal. Nama
penyakit ini berdasarkan kata dalam
bahasa Jepang yaitu nyeri (痛いitai)
yang disebabkan pada persendian
dan tulang belakang. Istilah
penyakit itai-itai ini diciptakan oleh
penduduk setempat. Kadmium ini
dicemarkan ke sungai oleh
pertambangan perusahaan-
perusahaan di pegunungan.
Perusahaan pertambangan
tersebut telah dituntut atas
kerusakan dan kerugian yang
terjadi. Penyakit itai-itai ini dikenal
sebagai salah satu dari Empat
Besar Penyakit akibat Pencemaran
Jepang.
Penyebab
Penyakit itai-itai disebabkan oleh
keracunan kadmium akibat
pertambangan di Prefektur Toyama.
Pertambangan emas di daerah ini
merupakan catatan pertambangan
awal pada 710. Pertambangan
reguler unuk perak dimulai pada
tahun 1589, dan tidak lama
kemudian, pertambangan untuk
timah, tembaga, dan seng pun juga
dimulai. Meningkatnya permintaan
terhadap bahan baku selama Perang
Rusia-Jepang dan Perang Dunia I,
serta teknologi pertambangan baru
dari Eropa, meningkatkan output
dari pertambangan, menempatkan
Kamioka Pertambangan di Toyama
terkenal pada pertambangan kelas
atas. Produksi meningkat bahkan
lebih sebelum Perang Dunia II.
Dimulai pada tahun 1910 dan terus
berlanjut sampai 1945, kadmium
dirilis dalam jumlah yang signifikan
oleh operasi pertambangan, dan
penyakit itai-itai ini pertama kali
muncul sekitar tahun 1912. Sebelum
Perang Dunia II, pertambangan
yang dikendalikan oleh Mitsui Mining
dan Smelting Co, Ltd, meningkat
untuk memenuhi permintaan masa
perang. Hal ini kemudian
meningkatkan pencemaran Sungai
Jinzu dan anak-anak sungainya.
Sungai ini digunakan terutama
untuk pengairan sawah, tetapi juga
untuk air minum, mencuci,
memancing, dan kegunaan lain oleh
penduduk hilir.
Akibat keracunan kadmium, ikan di
sungai mulai mati, dan beras irigasi
dengan air sungai tidak tumbuh
dengan baik. Kadmium dan logam
berat lainnya terakumulasi di dasar
sungai dan di air sungai. Air ini
kemudian digunakan untuk mengairi
sawah. Beras menyerap logam
berat, terutama kadmium. Kadmium
pun akhirnya terakumulasi dalam
tubuh orang-orang yang memakan
nasi yang terkontaminasi.
Penduduk mengeluh kepada Mitsui
Mining and Smelting tentang polusi
yang terjadi. Perusahaan
membangun sebuah bak untuk
menyimpan air limbah pertambangan
sebelum dilepas ke dalam sungai. Hal
ini sudah terlambat karena sudah
banyak orang yang sakit menjadi
korban. Penyebab keracunan tidak
dapat dipahami dan, hingga 1946,
penyakit ini hanya dianggap sebagai
penyakit lokal atau jenis infeksi
bakteri.
Tes medis dimulai pada tahun 1940-
an dan 1950-an, untuk mencari
penyebab penyakit tersebut.
Awalnya, hal ini diduga sebagai
akibat keracunan dari
pertambangan di hulu. Hanya pada
tahun 1955 Dr Hagino dan rekan-
rekannya mulai mencurigai kadmium
sebagai penyebab penyakit itai itai
ini. Prefektur Toyama juga memulai
penyelidikan pada tahun 1961, untuk
menentukan bahwa Mitsui Mining
and Pertambangan Smelting's
Kamioka yang menyebabkan polusi
yang terburuk hingga wilayah 30 km
hilir dari tambang. Pada tahun 1968
Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan mengeluarkan
pernyataan tentang gejala-gejala
penyakit itai-itai yang disebabkan
oleh keracunan kadmium.
Penurunan kadar kadmium dalam air
mengurangi jumlah korban penyakit
ini, sehingga tidak ada lagi korban
baru tercatat sejak 1946. Korban
dengan gejala yang terburuk
berasal dari Prefektur Toyama,
namun ternyata pemerintah
menemukan korban di lima prefektur
lain.
Sekarang tambang masih beroperasi
dan tingkat polusi kadmium pun
tetap tinggi, meski perbaikan gizi
dan perawatan medis telah
mengurangi epidemi penyakit itai-
itai.
Gejala
Salah satu efek utama yang
ditimbulkan dari keracunan kadmium
adalah lemah dan rapuh tulang.
Umumnya tulang belakang dan kaki
sakit, dan gaya berjalan pincang
karena cacat tulang yang
disebabkan oleh kadmium. Rasa sakit
kemudian melemahkan, dengan
patah tulang yang lebih umum
dibandingkan tulang yang melemah.
Komplikasi lain yang tejadi adalah
batuk, kanker, anemia, dan gagal
ginjal, yang kemudian menyebabkan
kematian.
Penderita penyakit ini banyak
terjadi pada wanita
pascamenopause. Penyebabnya
belum sepenuhnya dapat dipahami,
dan kemudian diselidiki. Hingga
penelitian akhirnya menemukan
bahwa hal ini berhubungn dengan
gizi umum, serta metabolisme
kalsium yang miskin yang berkaitan
dengan usia perempuan.
Penelitian terhadap hewan telah
menunjukkan bahwa keracunan
kadmium saja tidak cukup untuk
menimbulkan gejala penyakit itai-
itai. Penelitian ini menunjukkan
kerusakan mitokondria sel ginjal
oleh kadmium sebagai faktor kunci
dari penyakit ini.
Aksi Hukum
Dua puluh sembilan penggugat, yang
terdiri dari sembilan korban
penderita dan 20 anggota keluarga
korban, menggugat Pertambangan
dan Smelting Mitsui Co pada tahun
1968 di pengadilan Prefektur
Toyama. Pada Juni 1971, pengadilan
menetapkan Pertambangan dan
Smelting Mitsui Co bersalah.
Perusahaan pun mengajukan
banding ke Pengadilan Distrik
Nagoya di Kanazawa, tapi banding
ditolak pada bulan Agustus 1972.
Pertambangan Mitsui dan Smelting
Co setuju untuk membayar biaya
perawatan medis para korban;
membiayai pemantauan kualitas air
yang dilakukan oleh penduduk; dan
membayar kerugian para korban
akibat penyakit itai-itai.
Orang-orang menjadi korban dari
penyakit itai-itai harus
menghubungi Departemen
Kesehatan, Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan Jepang untuk
membuat klaim mereka dinilai.
Banyak korban yang tidak puas
dengan tindakan pemerintah dan
menuntut perubahan dalam
prosedur resmi. Hal ini menyebabkan
pemerintah mengkaji kembali
kriteria untuk mengenali seorang
korban secara hokum dan menilai
kembali pengobatan penyakit yang
dilakukan.
Seseorang dianggap sebagai
penderita penyakit itai-itai jika dia
tinggal di daerah yang
terkontaminasi, memiliki disfungsi
ginjal, pelunakan tulang, tetapi
tidak memiliki masalah dengan
jantung. 184 korban telah diakui
secara hukum sejak tahun 1967, 54
di antaranya diakui dalam periode
1980-2000. Tambahan 388 orang
telah diidentifikasi sebagai calon
korban, yaitu mereka yang belum
secara resmi belum diperiksa. 15
korban lagi tercatat masih hidup
pada tahun 1993.
Kerugian Ekonomi
Polusi kadmium telah mngontaminasi
banyak daerah-daerah pertanian.
Pencemaran logam berat telah
mengontaminasi banyak wilayah di
Jepang, sehingga Pencegahan
Kontaminasi Tanah dalam Undang-
Undang Lahan Pertanian tahun 1970
kemudian diresmikan. Survei di
Prefektur Toyama dimulai pada
tahun 1971 dan pada 1977, 1500
hektar tanah di sepanjang sungai
Jinzu dilakukan pemulihan. Petani
yang menjadi korban mendapatkan
kompensasi atas kerugian rusaknya
tanaman sebagaimana kerugian
produksi yang diakibatkan oleh
Mitsui Mining and Smelting,
Prefektur Toyama, dan pemerintah
nasional. Kemudian pada 1992 hanya
400 hektar tanah yang masih
terkontaminasi.
Pada tahun 1992, rata-rata
pengeluaran kompensasi kesehatan
per tahun dalah 743 juta yen.
Kerusakan pertanian dikompensasi
dengan 1.75 miliar yen per tahun,
atau total per tahun 2.518 miliar
yen. 620 juta yen yang lain
diinvestasikan setiap tahun untuk
mengurangi polusi lebih lanjut dari
sungai.