Posted by : Ilham Setiawan
Saturday, 9 February 2013
kali ini lokopou akan membahas "Perbedaan Islam Sunni Dan Syiah Dan Mengapa Terjadi Peperangan"
Yang saya ketahui, perbedaan Sunni dan Syiah hanya soal jalur hadis semata. Kaum Muslim Syiah (Mazhab Ahlulbait) meyakini hanya sunnah dan hadis Nabi yang berasal dari keluarga Nabi dan sahabat tepercaya yang layak dijadikan pedoman. Mazhab Ahlulbait selektif dalam menerima dan meriwayatkan hadis. Tidak semua sahabat Nabi dianggap saleh dan adil. Karena itu, riwayat-riwayatnya tidak sembarang diterima. Meski memang tidak dipungkiri dalam sejumlah kitab hadis masih ada yang harus dikaji secara kritis.
Sementara Sunni tidak membatasinya. Riwayat dari para sahabat dan istri-istri Nabi serta orang-orang yang baru memeluk Islam setelah penaklukkan Makkah atau menjelang wafat Nabi pun diakuinya. Bahkan, hadis yang berasal dari orang-orang yang pernah menjadi musuh Islam dan memerangi keluarga Nabi setelah wafat Rasulullah saw pun diambil sebagai rujukan.
Mazhab Ahlulbait (Syiah) menentukan pemimpin berdasarkan nash dan para ulama hanya merujuk kepada Imam Ahlulbait. Memang soal menentukan Imam yang kelima terjadi perbedaan di antara pengikut Syiah. Ada yang menyatakan bahwa yang berhak melanjutkan adalah Imam Zaid bin Ali bin Husain bin Ali; yang kemudian melahirkan Syiah Zaidiyah. Ada juga yang menyatakan (sesuai hadis) bahwa Imam Muhammad Baqir (saudara Imam Zaid) bin Ali bin Husain bin Ali; yang melahirkan Syiah Imamiyah.
Kemudian dalam penentuan Imam ketujuh juga terjadi beda pendapat. Ada yang menyatakan putra Imam Jafar Ash-Shadiq yang bernama Imam Ismail yang berhak menjadi Imam; yang kemudian melahirkan melahirkan Syiah Ismailiyah. Sementara kalangan pengikut Syiah Imamiyah meyakini bahwa yang berhak memegang otoritas imamah setelah Imam Jafar Shadiq (Imam ke-6) adalah Imam Musa Al-Kazhim yang dilanjutkan keturunannya sampai Imam Mahdi Al-Muntazhar (yang secara seluruhnya berjumlah 12 Imam).
Meski berbeda, dalam ushuluddin (dasar-dasar agama) ketiga firqah Syiah sama dan tidak mengakibatkan perpecahan yang mengakibatkan noda hitam sejarah malah memunculkan khazanah intelektual yang beragam dan dinamis.
Dalam urusan fikih, mazhab Syiah mengambil sumbernya–selain Quran dan hadis Rasulullah wa ‘A’immah Ahlulbait–adalah berasal dari Imam Jafar Shadiq (guru dari para imam mazhab fikih mazhab Sunni yang empat). Kemudian setelah ghaib Imam ke-12, urusan fikih merujuk dari ulama (mujtahid) yang disebut marja taqlid. Tidak sembarang ulama boleh menjadi marja. Ada standar keilmuan yang sudah ditentukan berdasarkan hadis atau riwayat dari para Imam Syiah Imamiyah. Marja adalah seorang mujtahid yang telah memenuhi syarat-syarat marja’iyyah: mujtahid, adil, wara’ dalam agama Allah, tidak rakus dengan dunia kedudukan dan harta. Dalam hadis disebutkan, “Barangsiapa di antara para fuqaha (mujtahid) terdapat seorang faqih yang mengawasi dirinya, menjaga agamanya, tidak mengikuti hawa nafsunya dan menaati perintah Allah, maka orang-orang awam wajib mentaqlidinya” (kitab Tahrir al-Washilah, hal.3 jil.I).
Di antara mazhab-mazhab yang ada dalam Islam, perpecahan yang lebih tampak dan menjadi masalah di umat Islam adalah terdapat pada Ahlussunah. Dalam mazhab ini lahir beberapa aliran teologi seperti Khawarij, Mutazilah, Maturidiyah, Jabariyah, Qadariyah, Asyariah, dan Wahabiyah. Bahkan di antara para tokohnya tidak jarang saling menyerang dan menyalahkan, bahkan ada yang menganggap yang tidak sepaham dengannya disebut murtad atau kafir.
Juga dalam fikih Sunni terdapat fikih Hanafiyah, Hanbaliyah, Malikiyah, Syafiiyah, Taimiyah, Baziyah, Baniyah, dan Qardhawiyah. Kemudian pada hadis yang disusun para ulama Sunni terdapat perbedaan dalam menentukan otentik atau shahih tidaknya sebuah riwayat.
Dalam politik Sunni tidak memiliki kejelasan dalam menentukan seorang pemimpin: syura (dipraktikan saat mengangkat Abu Bakar), wasiat (saat mengangkat Umar bin Khaththab), sidang terbatas dewan formatur (saat memilih Utsman bin Affan), aklamasi (saat memilih Ali bin Abi Thalib), tahkim (saat mengangkat Muawiyah), dan turun temurun atau monarki (Dinasti Umayyah, Abbasiyah, Umayyah Spanyol, Usmaniyah, dan lainnya).
Demikian perbedaan Sunni dan Syiah. Kalau melihat sejarah akan kaget bahwa perpecahan umat Islam hingga sekarang lebih karena alasan politik ketimbang pemahaman agama. Sejarah menorehkan tinta berkaitan dengan aliran dan kelompok yang lahir, baik itu akidah (teologi), filsafat, fikih, tarekat (sufi), tafsir, dan lainnya.
Bahkan, pada masa modern ini partai politik yang mengaku berazas Islam banyak bermunculan di Indonesia maupun negeri-negeri yang dihuni umat Islam. Di Indonesia muncul Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), Darul Islam, Al-Irsyad, Persatuan Umat Islam, Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Ahlul Bait Indonesia (ABI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan lainnya.
Kalau dikaji secara jeli akan terlihat perbedaan di antara ormas tersebut. Bisa jadi dalam rujukan pelaksanaan ibadah pun berbeda. NU dan Muhammadiyah mengaku bermazhab Ahlussunnah, tetapi keduanya berbeda dalam pemahaman akidah dan pelaksanaan syariah serta pandangan politik. Namun dari keduanya, ada yang sama bahwa Allah sebagai Tuhan dan Muhammad saw sebagai Rasul Allah yang terakhir serta mengaku berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah Nabawiyah.
Umat Islam sekarang ini tidak perlu lagi mengorek perbedaan di antara umat Islam. Biarlah perbedaan mazhab dan benar tidaknya menjadi khazanah yang dikaji dalam lingkungan akademis dengan tinjauan ilmiah. Sekarang ini yang perlu dilakukan umat Islam adalah mewujudkan ukhuwah Islamiyah di antara sesama umat Islam. Melek politik dan ekonomi global sangat penting untuk dijadikan sebagai agenda program pencerdasan dan pencerahan umat Islam kontemporer. Kalau tidak paham dengan fenomena global dan masalah yang terjadi maka umat Islam tidak akan menyadari jika dirinya sedang terancam.
Baru-baru ini kita mendengar tentang konflik di sampang yang bertajuk friksi sekterian.. banyak orang yang berkata “sama-sama Islam kok berkelahi..bagaimana islam mau maju?” atau mungkin “Ini kan masalah furu(cabang) kenapa sih harus di besar-besarkan.. pada kali ini saya akan mencoba menjelaskan mengapa bisa terjadi friksi antara Sunni dan Syi’ah dengan membahas permasalahan akidah antara Sunni dan Syi’ah.. karena menurut saya hal ini bukan permasalahan yang mudah karena perbedaan antara Sunni dan Syi’ah memang sudah berbeda dalam tahap akidahnya..(sangat mendasar)
Rukun Islam dalam ajaran Sunni ada 5 (lima)
a) Syahadatain
b) As-Sholah
c) As-Shoum
d) Az-Zakah
e) Al-Haj
Rukun Islam dalam ajaran Syi’ah juga ada 5 (lima) akan tetapi berbeda
a) As-Sholah
b) As-Shoum
c) Az-Zakah
d) Al-Haj
e) Al wilayah
Rukun Iman dalam Islam Sunni ada 6 (enam)
a) Iman kepada Allah
b) Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
c) Iman kepada Kitab-kitab Nya
d) Iman kepada Rasul Nya
e) Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
f) Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.
Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)
a) At-Tauhid
b) An Nubuwwah
c) Al Imamah
d) Al Adlu
e) Al Ma’ad
Syahadat dalam Islam Sunni
“Dua kalimat syahadat”
Syahadat dalam Syi’ah
“Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka.”
Dalam Ajaran Islam Sunni dilarang untuk mencaci para Sahabat nabi, akan tetapi menurut Syi’ah Mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa orang saja. Alasannya karena para sahabat membai’at Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.
Menurut Ajaran Sunni Siti Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul Mu’minin, sedangkan menurut ajaran Syi’ah Siti Aisyah dicaci-maki, difitnah, bahkan dikafirkan.
Menurut Ajaran Sunni Al-Qur’an yang sekarang ada pada kita adalah tetap orisinil, sedangkan menurut ajaran Syi’ah Al-Qur’an yang ada sekarang ini menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).
Menurut Ajaran Sunni Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya, sedangkan menurut ajaran Syi’ah Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada Rasulullah. Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.
Menurut ajaran Sunni Dilarang untuk melakukan kawin Mut’ah.. kawin Mut’ah adalah kawin kontrak yang tidak memerlukan saksi dan lain2.. hanya persetujuan antara 2 individu yang berkepentingan. sedangkan, dalam ajaran Syi’ah Dianjurkan untuk melakukan mut’ah, bahkan berpahala jika melakukannya
Inilah perbedaan-perbedaan yang mendasar antara Islam Sunni dan Syi’ah… jadi jelaslah ini bukan permasalahan yang mudah, karena ini merupakan masalah mendasar dalam keyakinan masing-masing penganut nya..