Showing posts with label Geografi. Show all posts
pedosfer
Pedosfer, adalah lapisan paling atas
dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan
tanah. Secara sederhana pedosfer
diartikan sebagai lapisan tanah
yang menempati bagian paling atas
dari litosfer. Tanah (soil) adalah
suatu wujud alam yang terbentuk
dari campuran hasil pelapukan
batuan (anorganik), organik, air,
dan udara yang menempati bagian
paling atas dari litosfer. Ilmu yang
mempelajari tanah disebut pedologi,
sedangkan ilmu yang secara khusus
mempelajari mengenai proses
pembentukan tanah disebut
pedogenesa.
Lahan adalah permukaan daratan
dengan kekayaan benda-benda
padat, cair, dan gas. Sama halnya
dengan tanah, penggunaan lahan
antara orang yang satu dengan
yang lain berlainan kepentingannya.
Faktor-faktor pembentuk
tanah :
Ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi proses pembentukan
tanah, antara lain iklim, organisme,
bahan induk, topografi, dan waktu.
Faktorfaktor tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
o = organisme
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama
mempengaruhi proses pembentukan
tanah adalah suhu dan curah hujan.
Dalam hal ini, suhu akan
berpengaruh terhadap proses
pelapukan bahan induk. Apabila suhu
tinggi, maka proses pelapukan akan
berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula.
Curah hujan akan berpengaruh
terhadap kekuatan erosi dan
pencucian tanah, sedangkan
pencucian tanah yang cepat
menyebabkan tanah menjadi asam
(pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme
Peranan organisme dalam proses
pemebentukan tanah sangat besar,
akumulasi bahan organisme, siklus
unsur hara, dan pembentukan
struktur tanah yang stabil sangat
dipengaruhi oleh kegiatan organisme
dalam tanah. Disamping itu unsur
nitrogen dalam tanah dapat diikat
oleh mikroorganisme, baik yang hidup
sendiri didalam tanah maupun yang
bersimbiosis dengan tanaman.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan
vulkanik, batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf.
Batuan induk itu akan hancur
menjadi bahan induk, kemudian akan
mengalami pelapukan dan menjadi
tanah.
4. Topogarafi
Faktor topografi yang
mempengaruhi proses pembentukan
tanah di Indonesia yaitu bentuk
lahan dan kemiringan lereng. Faktor
topografi berpengaruh terhadap
proses pemebentukan tanah dengan
cara sebagai berikut :
• Mempengaruhi jumlah air hujan
yang jatuh
• Mempengaruhi dalamnya air tanah
• Mempengaruhi tinggi rendahnya
erosi
• Mengarahkan gerakan air berikut
bahan-bahan yang terlarut
didalamnya.
Sifat-sifat tanah yang
berhubungan dengan topografi
antara lain;
• Tebal solum
• Kandungan bahan organik dalam
horizon A
• Kandungan air tanah
• Warna tanah
• Tingkat perkembangan horizon
• Reaksi PH tanah
• Kandungan garam yang mudah
larut dalam tanah.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang
terus menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus
menerus. Oleh karena itu tanah akan
menjadi semakin tua dan kurus.
Mineral yang banyak mengandung
unsur hara telah habis mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral
yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah
yang terus berjalan, maka induk
tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa,
dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh proses
pembentukan tanah yang masih
tampak pencampuran antara bahan
organik dan bahan mineral atau
masih tampak struktur bahan
induknya. Contoh tanah muda
adalah tanah aluvial, regosol dan
litosol. Tanah dewasa ditandai
dengan proses pembentukan horizon
B. Contoh tanah dewasa adalah
andosol, latosol, dan grumosol. Tanah
tua
149 ditandai dengan proses
perubahan yang nyata pada horizon
A dan B. Contoh tanah pada tingkat
tua adalah jenis tanah podsolik dan
latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan
untuk pembentukan tanah
berbedabeda. Bahan induk vulkanik
yang lepas-lepas seperti abu vulkanik
memerlukan waktu 100 tahun untuk
membentuk tanah muda, dan 1.000
– 10.000 tahun untuk membentuk
tanah dewasa.
Komponen-komponen
pembentukan tanah
1. Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal
dari pelapukan batu-batuan. Oleh
karena itu susunan mineral didalam
tanah berbeda-beda sesuai dengan
mineral batu-batuan yang lapuk.
Mineral tanah dibedakan menjadi
mineral primer dan mineral
sekunder. Mineral primer adalah
mineral yang berasal dari batuan
yang lapuk, sedangkan mineral
sekunder adalah mineral bentukan
baru yang terbentuk selama proses
pembentukan berlangsung. Mineral
primer pada umumnya erdapat
dalam fraksi-fraksi pasir dan debu,
sedangkan mineral sekunder
umumnya terdapat dalam fraksi
liat.
Beberapa jenis mineral primer dan
unsur hara
Mineral Unsur Hara
Kuarsa Si, O
Kalsit Ca
Dolomit Ca, Mg
Felspor :
a. Ortoklas K
b. Plagikas Na, Ca
Mika :
c. Muskovit K
d. Biovit K, Mg, Fe
Amfibole (hornblende) Ca, Mg, Fe,
Na
Pyroksin(hiperstin,augit) Ca, Mg, Fe
Olivin Mg, Fe
Leusit K
Apatit P
2. Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan
dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak
besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi
pengaruhnya terhadap sifat-sifat
tanah besar sekali. Adapun pengaruh
bahan oraganik terhadap sifat-
sifat tanah dan akibatnya juga
terhadap pertumbuha tanaman
adalah sebagai berikut :
a. Sebagai granulator, yaitu
mempernaiki struktur tanah.
b. Sumber unsur hara N, P, S dan
unsur mikro.
c. Menambah kemampuan tanah
untuk menahan air.
d. Menambah kemampuan tanah
untuk menahan unsur-unsur hara
(kapasitas tukar kation tanah
menjadi tinggi).
e. Sumber energi bagi
mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri
dari bahan organik kasar dan bahan
organik halus atau humus. Humus
terdiri dari bahan oraganik halus
yang berasal dari hancuran bahan
organik kasar serta senyawa-
senyawa baru yang dibentuk dari
hancuran bahan organik tersebut
melalui kegiatan mikroorganisme
didalam tanah. Humus merupakan
senyawa yang resisten (tidak mudah
hancur) , berwarna hitam atau
coklat dan mempunyai daya
menahan air dan unsur hara yang
tinggi.
Tanah yang mengandung humus
atau bahan organik adalah tanah-
tanah lapisan atas atau top soil.
Semakin kelapisan bawah tanah
maka kandungan bahan oraganik
semakin berkurang, sehingga tanah
semakin kurus.
Didaerah rawa-rawa, seperti daerah
rawa-rawa pasang surut, sering
dijumpai tanah –tanah dengan
kandungan bahan organik lebih dari
20% (untuk tanah pasir) atau lebih
dari 30% (untuk tanah liat) dan
tebalnya lebih dari 40cm, maka
tanah tersebut disebut tanah
organik (tanah gambut).
3. Air
Guna air bagi pertumbuhan
tanaman adalah:
• Sebagai unsur ahra tanaman,
tanaman memrlukan air dari tanah
dan CO2 dari udara untuk
membentuk gula dan karbohidrat
dalam proses fotosintesis.
• Sebagai pelarut unsur hara, unsur
hara yang terlarut dalam air
diserap oleh akar-akar tanaman.
• Sebagai bagian dari sel-sel
tanaman, air merupakan bagian dari
protopasma.
Persediaan air didalam tanah
tergantung dari banyaknya curah
hujan atau air irigasi, kemampuan
tanah menahan air, besarnya
evapotransporasi (penguapan
langsupenguapan langsung melalui
tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah.
Air dapat diserap atau ditahan oleh
tanah karena adanya gaya-gaya
adesi, kohesi, dan gravitasi. Karena
adanya gaya-gaya tersebut maka
air didalam tanah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
• Air higroskopik, yaitu air yang
diserap tanah sangat kuat sehingga
tidak dapat digunakan tanaman
(adesi antara tanah dengan air).
• Air kapiler, yaitu air dalam tanah
dimana daya kohesi (tarik menarik
antara butir-butir air) dan daya
adesi (anatara air dan tanah) lebih
kuat dari gravitasi. Air ini dapat
bergerak kesamping atau keatas
karena gaya-gaya kapilernya,
sebagian besar dari air kapiler
merupakan air yang tersedia (dapat
diserap oleh tanaman).
4. Udara
Susunan udara dalam tanah adalah :
• Kandungan uap air lebih tinggi.
Tanah-tanah yang lembab
mempunyai udara dengan
kelembaban nisbi mendekati 100%.
• Kandungan CO2 lebih besar
daripada atmosfer (˂ 0,03%).
• Kandungan O2 lebih kecil daripada
atmosfer (udara tanah 10-12%
O2, atmosfer 20% O2). Hal tersebut
mungkin disebabkan karena kegiatan
dekomposisi bahan organik atau
pernapasan oragnisme hidup dalam
tanah dan akar-akar tanaman yang
mengambil O2 dan melepaskan CO2.
Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk
untuk menentukan sifat tanah
karena warna tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang terdapat
dalam tanah.
Perbedaan warna tanah pada
umumnya dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik. Makin
tinggi kandungan bahan organik
maka warna tanah makin gelap.
Pada lapisan tanah bagian bawah
kandungan bahan organik pada
umumnya rendah sehingga warna
tanah dipengaruhi oleh banyaknya
senyawa Fe (besi).
Didaerah yang sistem pengairannya
buruk atau daerah yang selalu
tergenang air sebagian besar
tanahnya berwarna abu-abu.
Sebaliknya didaerah yang sistem
pengairannya teratur maka dijumpai
warna tanah merah atau cokelat
kekuning-kuningan.
Warna dalam tanah dipengaruhi oleh
persenyawaan besi dalam tanah,
kandungan bahan organik,
persenyawaan kuarsa, persenyawaan
unsur mangan.
Profil Tanah
profil tanah adalah penampang
vertikal dari tanah yang
menunjukkan horizon. Horizon-
horizon yang menyusun profil tanah
berturut-turut dari atas kebawah
adalah horizon O, A, B, dan
C.sedangkan horizon yang menyusun
solum tanah adalah hanya horizon A
dan B.
• Horizon O
Horizon O ditemukan terutama pada
tanah-tanha hutan yang belum
terganggu, merupakan horizon
organik yang terbentuk diatas
lapisan tanah mineral.
• Horizon A
Horizon ini ditemukan dipermukaan
tanah yang terdiri dari campuran
bahan mineral. Merupakan horizon
aluviasi yaitu horizon yang
mengalami pencucian.
A1 : bahan mineral campur dengan
humus, berwarna gelap.
A2 : horizon dimana terdapat
pencucian (aluviasi) maksimum
terhadap liat, Fe, Al bahan organik.
A3 : horizon peralihan ke-B, lebih
menyerupai A.
• Horizon B
Horizon aluviasi (penimbunan) dari
bahan-bahan yang tercuci di
atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
B1 : peralihan dari A ke B, lebih
menyerupai B.
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum
liat, Fe dan Al-Oksida, kadang-
kadang bahan organik.
B3 : peralihan ke-C, lebih
menyerupai B.
• Horizon C
Bahan induk sedikit terlapuk.
• Horizon D atau R
Batuan keras yang belum lapuk.
PH Tanah
Ph tanah adalah derajat keasaman
tanah. Tanah masam jumlah unsur
H- lebih tinggi. Tanah basa (alkali)
kandungan ion OH+ lebih tinggi
daripada ion H+. Tanah netral
kandungan ion H- sama dengan ion
OH- atau tanah yang mempunyai Ph
= 7.
Pada PH tanah netral masam, unsur
hara tidak dapat diserap. Pada PH
tanah masam unsur hara tidak
dapat diserap tanaman karena
diikat oleh Al (aluminium). Pada PH
tanah basa (alkali) unsur hara tidak
dapat diserap tanaman karena
diikat oleh Ca.
Untuk tanah yang terlalu masam
dapat dinaikan PH nya dengan
menambahkan kapur. Sedangkan
tanah yang terlalu basa (alkali)
dapat diturunkan PH-nya dengan
menambahkan belerang.
Struktur dan Tekstur Tanah
Struktur tanah merupakan
gumpalan-gumpalan kecil dari tanah
akibat melekatnya butir-butir
tanah satu sama lain. Struktur
tanah memiliki bentuk yang
berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
a. Lempeng (Platy), ditemukan di
horizon A.
b. Prisma (Prosmatic), ditemukan di
horizon B pada daerah iklim kering.
c. Tiang (Columnar), ditemukan di
horizon B pada daerah iklim kering.
d. Gumpal bersudut (Angular blocky),
ditemukan pada horizon B pada
daerah iklim basah.
e. Gumpal membulat (Sub angular
blocky), ditemukan pada horizon B
pada daerah iklim basah.
f. Granuler (Granular), ditemukan
pada horizon A.
g. Remah (Crumb), ditemukan pada
horizon A.
Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah yang didasarkan
atas perbandingan banyaknya
butir-butir pasir, debu, dan liat di
dalam tanah. Untuk menentukan
tekstur tanah terdapat 12 kelas
dalam segi tiga tekstur tanah.
Ke-12 kelas tekstur tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Pasir. g. Lempung liat.
b. Pasir berlempung. h. Lempung liat
berpasir.
c. Lempung berpasir. i. Lempung liat
berdebu.
d. Lempung. j. Liat berpasir.
e. Lempung berdebu. k. Liat berdebu.
f. Debu. l. Liat.
Di lapangan, tekstur tanah secara
sederhana dapat ditentukan dengan
memilin tanah yang dibasahi dengan
menggunakan jari-jari tangan
(kasar halusnya tanah).
Menurut Taksonomi Tanah (1970),
tanah dibagi menjadi sepuluh macam
yaitu;
1. Oxisol, berasal dari bahasa Prancis
yang berarti oxide atau oksida.
Tanah ini telah mengalami pelapukan
yang hebat, terdiri atas campuran
besi dan aluminium, sedikit bahan
organik. Warnanya dari kuning ke
merah coklat sampai coklat
kemerahan. Jenis tanah ini meliputi
tanah lateritik, latosol, dan laterit
air tanah. (Menurut klasifikasi tanah
tahun 1949).
2. Ultisol, yaitu tanah yang telah
mengalami pelapukan yang sangat
hebat, yang ditandai pula dengan
pengaruh luar, pencucian (leached).
Warnanya merah sampai kuning.
Lateritik coklat kemerahan,
setengah bog (gambut), glei humus
rendah.
3. Vertisol, yaitu golongan tanah
yang khas terdapat pada region-
region bervegetasi sabana atau
steppa, di daerah iklim tropika dan
subtropika yang memiliki musim
kering dan basah yang berganti-
ganti dengan nyata.
4. Entisol, yaitu tanah yang masih
menunjukkan asal bahan induk. Jadi
tanah ini masih baru, belum
menunjukkan perkembangan horizon.
Adapun yang termasuk jenis tanah
ini adalah tanah alluvial, regosol
gunung, regosol pantai, dan lithosol.
5. Inceptisol, yaitu tanah yang masih
muda, baru mulai perkembangan
penampangnya. Namun, sudah ada
eluvasi dan iluvasi. Golongan ini
terjadi dalam hampir semua region
iklim.
6. Spodosol, yaitu tanah yang
tersebar dalam semua iklim,
mempunyai solum yang sangat asam,
kemampuan menahan air rendah,
dan kurang subur.
7. Molisol, yaitu tanah yang memiliki
ciri halus atau lunak, pH kurang dari
7,0. Adapun yang termasuk tanah
jenis ini adalah chesnut, chernozem,
brunizem (prairies), rendzina, dan
sebagainya.
8. Alfisol, yaitu tanah yang tersebar
di daerah beriklim lembap, kaya
dengan alumunium, besi, air, dan
bahan organik. Warnanya abu-abu,
horizonnya mengandung lapisan-
lapisan tanah liat (clay). Adapun
yang termasuk tanah ini adalah
grey-brown podzolic dan wooded,
beberapa planosol dan noncalcic-
brown.
9. Aridisol, yaitu tanah yang
sepanjang tahun kering, kandungan
organiknya rendah, warnanya
kemerah-merahan, terbentuk di
daerah gurun atau semi-gurun.
Adapun yang termasuk tanah jenis
ini adalah reddish dessert, sierozem,
dan raddish brown.
10.Histosol, mencakup semua tanah
organik, seperti tanah organosol dan
gambut (bog).
Jenis-jenis Tanah di
Indonesia
a. Tanah gambut atau tanah
organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan
induk organik seperti dari hutan
rawa atau rumput rawa. Tanah
gambut mempunyai ciri dan sifat,
yaitu tidak terjadi deferensiasi
horizon secara jelas, ketebalan lebih
dari 0,5 meter, warna coklat hingga
kehitaman, tekstur debu lempung,
tidak berstruktur, konsistensi tidak
lekat-agak lekat, kandungan organik
lebih dari 30% untuk tanah tekstur
lempung dan lebih dari 20% untuk
tanah tekstur pasir, umumnya
bersifat sangat asam (pH 4.0),
kandungan unsur hara rendah.
Berdasarkan penyebaran
topografinya, tanah gambut
dibedakan menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut.
1) Gambut ombrogen: terletak di
dataran pantai berawa, mempunyai
ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk
dari sisa tumbuhan hutan dan
rumput rawa, hampir selalu
tergenang air, bersifat sangat
asam. Contoh penyebarannya di
daerah dataran pantai Sumatera,
Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua).
2) Gambut topogen: terbentuk di
daerah cekungan (depresi) antara
rawarawa di daerah dataran rendah
dengan di pegunungan, berasal dari
sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5–
6 meter, bersifat agak asam,
kandungan unsur hara relatif lebih
tinggi. Contoh penyebarannya di
Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa
Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan
Segara Anakan (Cilacap, Jawa
Tengah).
3) Gambut pegunungan: terbentuk
di daerah topografi pegunungan,
berasal dari sisa tumbuhan yang
hidupnya di daerah sedang (vegetasi
spagnum). Contoh penyebarannya di
Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya
tanah gambut dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut:
1) Gambut eutrop, bersifat agak
asam, kandungan O2 serta unsur
haranya lebih tinggi.
2) Gambut oligotrop, sangat asam,
miskin O2, miskin unsur hara,
biasanya selalu tergenang air.
3) Gambut mesotrop, peralihan
antara eutrop dan oligotrop.
b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami perkembangan, berasal
dari bahan induk aluvium, tekstur
beraneka ragam, belum terbentuk
struktur, konsistensi dalam keadaan
basah lekat, pH bermacam-macam,
kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran
aluvial sungai, dataran aluvial pantai
dan daerah cekungan (depresi).
c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami diferensiasi horizon,
tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH
umumnya netral, kesuburan sedang,
berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai.
Penyebarannya di daerah lereng
vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir
pantai.
d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit
mempunyai perkembangan profil,
batuan induknya merupakan batuan
beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan
singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan
pada umumnya berpasir dan tidak
berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil, dan kesuburannya
bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya
di topografi berbukit, pegunungan,
lereng miring sampai curam.
e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang
atau terjadi diferensiasi horizon,
kedalamannya dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga
gumpal, konsistensi gembur hingga
agak teguh, warna coklat merah
hingga kuning. Penyebarannya di
daerah beriklim basah dengan curah
hujan lebih dari 300–1000 cm.
Batuan induk berasal dari tuf, dan
material vulkanik.
f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai
perkembangan profil, agak tebal,
tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan
gumpal hingga pejal di lapisan
bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat
keras dan tanah retak-retak,
umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi,
permeabilitas lambat dan peka erosi.
Jenis ini berasal dari batu kapur,
mergel, batuan lempung atau tuf
vulkanik bersifat basa.
Penyebarannya di daerah iklim
subhumid atau subarid, curah hujan
kurang dari 2500 mm/tahun.
g. Podsolik merah kuning
Tanah mineral telah berkembang,
solum (kedalaman) dalam, tekstur
lempung hingga berpasir, struktur
gumpal, konsistensi lekat, bersifat
agak asam (pH kurang dari 5.5),
kesuburan rendah hingga sedang,
warna merah hingga kuning,
kejenuhan basa rendah, peka erosi.
Tanah ini berasal dari batuan pasir
kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam.
Tersebar di daerah beriklim basah
tanpa bulan kering, curah hujan
lebih dari 2500 mm/tahun.
h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami
perkembangan profil, susunan
horizon terdiri atas horizon albic
(A2) dan spodic (B2H) yang jelas,
tekstur lempung hingga pasir,
struktur gumpal, konsistensi lekat,
kandungan pasir kuarsanya tinggi,
sangat masam, kesuburan rendah,
kapasitas pertukaran kation sangat
rendah, peka terhadap erosi, batuan
induk berupa batuan pasir dengan
kandungan kuarsanya tinggi, batuan
lempung, dan tuf vulkan masam.
Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 2000
mm/tahun tanpa bulan kering,
topografi pegunungan. Contohnya, di
daerah Kalimantan Tengah,
Sumatra Utara dan Irian Jaya
(Papua).
i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah
mengalami perkembangan profil,
solum agak tebal, warna agak coklat
kekelabuan hingga hitam, kandungan
organik tinggi, tekstur geluh
berdebu, struktur remah, konsistensi
gembur dan bersifat licin berminyak
(smeary), agak asam, kejenuhan
basa tinggi dan daya absorpsi
sedang, kelembaban tinggi,
permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal
dari batuan induk abu atau tuf
vulkanik.
j. Mediteran merah – kuning
Tanah mempunyai perkembangan
profil, solum sedang hingga dangkal,
warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur
geluh hingga lempung, struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh
dan lekat bila basah, pH netral
hingga agak basa, kejenuhan basa
tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi,
berasal dari batuan kapur keras
(limestone) dan tuf vulkanis bersifat
basa. Penyebaran di daerah beriklim
sub humid, bulan kering nyata.
Curah hujan kurang dari 2500 mm/
tahun, di daerah pegunungan
lipatan, topografi karst dan lereng
vulkan, ketinggian di bawah 400 m.
Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst
disebut terra rossa.
k. Hidromorf kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya
lebih dipengaruhi oleh faktor lokal,
yaitu topografi merupakan dataran
rendah atau cekungan, hampir selalu
tergenang air, solum tanah sedang,
warna kelabu hingga kekuningan,
tekstur geluh hingga lempung,
struktur berlumpur hingga masif,
konsistensi lekat, bersifat asam (pH
4.5-6.0), kandungan bahan organik.
Ciri khas tanah ini adanya lapisan
glei kontinu yang berwarna kelabu
pucat pada kedalaman kurang dari
0.5 meter akibat dari profil tanah
selalu jenuh air. Penyebaran di
daerah beriklim humid hingga sub
humid, curah hujan lebih dari 2000
mm/tahun.
l. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah
yang karena sudah lama (ratusan
tahun) dipersawahkan
memperlihatkan perkembangan
profil khas, yang menyimpang dari
tanah aslinya. Penyimpangan antara
lain berupa terbentuknya lapisan
bajak yang hampir kedap air disebut
padas olah, sedalam 10-15 cm dari
muka tanah dan setebal 2-5 cm. Di
bawah lapisan bajak tersebut
umumnya terdapat lapisan mangan
dan besi, tebalnya bervariasi
tergantung pada permeabilitas
tanah. Lapisan tersebut dapat
merupakan lapisan padas yang tak
tembus perakaran, terutama bagi
tanaman semusim. Lapisan bajak
tersebut nampak jelas pada tanah
latosol, mediteran dan regosol,
samara-samara pada tanah aluvial
dan grumosol.
Pedosfer, adalah lapisan paling atas
dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan
tanah. Secara sederhana pedosfer
diartikan sebagai lapisan tanah
yang menempati bagian paling atas
dari litosfer. Tanah (soil) adalah
suatu wujud alam yang terbentuk
dari campuran hasil pelapukan
batuan (anorganik), organik, air,
dan udara yang menempati bagian
paling atas dari litosfer. Ilmu yang
mempelajari tanah disebut pedologi,
sedangkan ilmu yang secara khusus
mempelajari mengenai proses
pembentukan tanah disebut
pedogenesa.
Lahan adalah permukaan daratan
dengan kekayaan benda-benda
padat, cair, dan gas. Sama halnya
dengan tanah, penggunaan lahan
antara orang yang satu dengan
yang lain berlainan kepentingannya.
Faktor-faktor pembentuk
tanah :
Ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi proses pembentukan
tanah, antara lain iklim, organisme,
bahan induk, topografi, dan waktu.
Faktorfaktor tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
o = organisme
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama
mempengaruhi proses pembentukan
tanah adalah suhu dan curah hujan.
Dalam hal ini, suhu akan
berpengaruh terhadap proses
pelapukan bahan induk. Apabila suhu
tinggi, maka proses pelapukan akan
berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula.
Curah hujan akan berpengaruh
terhadap kekuatan erosi dan
pencucian tanah, sedangkan
pencucian tanah yang cepat
menyebabkan tanah menjadi asam
(pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme
Peranan organisme dalam proses
pemebentukan tanah sangat besar,
akumulasi bahan organisme, siklus
unsur hara, dan pembentukan
struktur tanah yang stabil sangat
dipengaruhi oleh kegiatan organisme
dalam tanah. Disamping itu unsur
nitrogen dalam tanah dapat diikat
oleh mikroorganisme, baik yang hidup
sendiri didalam tanah maupun yang
bersimbiosis dengan tanaman.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan
vulkanik, batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf.
Batuan induk itu akan hancur
menjadi bahan induk, kemudian akan
mengalami pelapukan dan menjadi
tanah.
4. Topogarafi
Faktor topografi yang
mempengaruhi proses pembentukan
tanah di Indonesia yaitu bentuk
lahan dan kemiringan lereng. Faktor
topografi berpengaruh terhadap
proses pemebentukan tanah dengan
cara sebagai berikut :
• Mempengaruhi jumlah air hujan
yang jatuh
• Mempengaruhi dalamnya air tanah
• Mempengaruhi tinggi rendahnya
erosi
• Mengarahkan gerakan air berikut
bahan-bahan yang terlarut
didalamnya.
Sifat-sifat tanah yang
berhubungan dengan topografi
antara lain;
• Tebal solum
• Kandungan bahan organik dalam
horizon A
• Kandungan air tanah
• Warna tanah
• Tingkat perkembangan horizon
• Reaksi PH tanah
• Kandungan garam yang mudah
larut dalam tanah.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang
terus menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus
menerus. Oleh karena itu tanah akan
menjadi semakin tua dan kurus.
Mineral yang banyak mengandung
unsur hara telah habis mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral
yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah
yang terus berjalan, maka induk
tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa,
dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh proses
pembentukan tanah yang masih
tampak pencampuran antara bahan
organik dan bahan mineral atau
masih tampak struktur bahan
induknya. Contoh tanah muda
adalah tanah aluvial, regosol dan
litosol. Tanah dewasa ditandai
dengan proses pembentukan horizon
B. Contoh tanah dewasa adalah
andosol, latosol, dan grumosol. Tanah
tua
149 ditandai dengan proses
perubahan yang nyata pada horizon
A dan B. Contoh tanah pada tingkat
tua adalah jenis tanah podsolik dan
latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan
untuk pembentukan tanah
berbedabeda. Bahan induk vulkanik
yang lepas-lepas seperti abu vulkanik
memerlukan waktu 100 tahun untuk
membentuk tanah muda, dan 1.000
– 10.000 tahun untuk membentuk
tanah dewasa.
Komponen-komponen
pembentukan tanah
1. Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal
dari pelapukan batu-batuan. Oleh
karena itu susunan mineral didalam
tanah berbeda-beda sesuai dengan
mineral batu-batuan yang lapuk.
Mineral tanah dibedakan menjadi
mineral primer dan mineral
sekunder. Mineral primer adalah
mineral yang berasal dari batuan
yang lapuk, sedangkan mineral
sekunder adalah mineral bentukan
baru yang terbentuk selama proses
pembentukan berlangsung. Mineral
primer pada umumnya erdapat
dalam fraksi-fraksi pasir dan debu,
sedangkan mineral sekunder
umumnya terdapat dalam fraksi
liat.
Beberapa jenis mineral primer dan
unsur hara
Mineral Unsur Hara
Kuarsa Si, O
Kalsit Ca
Dolomit Ca, Mg
Felspor :
a. Ortoklas K
b. Plagikas Na, Ca
Mika :
c. Muskovit K
d. Biovit K, Mg, Fe
Amfibole (hornblende) Ca, Mg, Fe,
Na
Pyroksin(hiperstin,augit) Ca, Mg, Fe
Olivin Mg, Fe
Leusit K
Apatit P
2. Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan
dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak
besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi
pengaruhnya terhadap sifat-sifat
tanah besar sekali. Adapun pengaruh
bahan oraganik terhadap sifat-
sifat tanah dan akibatnya juga
terhadap pertumbuha tanaman
adalah sebagai berikut :
a. Sebagai granulator, yaitu
mempernaiki struktur tanah.
b. Sumber unsur hara N, P, S dan
unsur mikro.
c. Menambah kemampuan tanah
untuk menahan air.
d. Menambah kemampuan tanah
untuk menahan unsur-unsur hara
(kapasitas tukar kation tanah
menjadi tinggi).
e. Sumber energi bagi
mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri
dari bahan organik kasar dan bahan
organik halus atau humus. Humus
terdiri dari bahan oraganik halus
yang berasal dari hancuran bahan
organik kasar serta senyawa-
senyawa baru yang dibentuk dari
hancuran bahan organik tersebut
melalui kegiatan mikroorganisme
didalam tanah. Humus merupakan
senyawa yang resisten (tidak mudah
hancur) , berwarna hitam atau
coklat dan mempunyai daya
menahan air dan unsur hara yang
tinggi.
Tanah yang mengandung humus
atau bahan organik adalah tanah-
tanah lapisan atas atau top soil.
Semakin kelapisan bawah tanah
maka kandungan bahan oraganik
semakin berkurang, sehingga tanah
semakin kurus.
Didaerah rawa-rawa, seperti daerah
rawa-rawa pasang surut, sering
dijumpai tanah –tanah dengan
kandungan bahan organik lebih dari
20% (untuk tanah pasir) atau lebih
dari 30% (untuk tanah liat) dan
tebalnya lebih dari 40cm, maka
tanah tersebut disebut tanah
organik (tanah gambut).
3. Air
Guna air bagi pertumbuhan
tanaman adalah:
• Sebagai unsur ahra tanaman,
tanaman memrlukan air dari tanah
dan CO2 dari udara untuk
membentuk gula dan karbohidrat
dalam proses fotosintesis.
• Sebagai pelarut unsur hara, unsur
hara yang terlarut dalam air
diserap oleh akar-akar tanaman.
• Sebagai bagian dari sel-sel
tanaman, air merupakan bagian dari
protopasma.
Persediaan air didalam tanah
tergantung dari banyaknya curah
hujan atau air irigasi, kemampuan
tanah menahan air, besarnya
evapotransporasi (penguapan
langsupenguapan langsung melalui
tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah.
Air dapat diserap atau ditahan oleh
tanah karena adanya gaya-gaya
adesi, kohesi, dan gravitasi. Karena
adanya gaya-gaya tersebut maka
air didalam tanah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
• Air higroskopik, yaitu air yang
diserap tanah sangat kuat sehingga
tidak dapat digunakan tanaman
(adesi antara tanah dengan air).
• Air kapiler, yaitu air dalam tanah
dimana daya kohesi (tarik menarik
antara butir-butir air) dan daya
adesi (anatara air dan tanah) lebih
kuat dari gravitasi. Air ini dapat
bergerak kesamping atau keatas
karena gaya-gaya kapilernya,
sebagian besar dari air kapiler
merupakan air yang tersedia (dapat
diserap oleh tanaman).
4. Udara
Susunan udara dalam tanah adalah :
• Kandungan uap air lebih tinggi.
Tanah-tanah yang lembab
mempunyai udara dengan
kelembaban nisbi mendekati 100%.
• Kandungan CO2 lebih besar
daripada atmosfer (˂ 0,03%).
• Kandungan O2 lebih kecil daripada
atmosfer (udara tanah 10-12%
O2, atmosfer 20% O2). Hal tersebut
mungkin disebabkan karena kegiatan
dekomposisi bahan organik atau
pernapasan oragnisme hidup dalam
tanah dan akar-akar tanaman yang
mengambil O2 dan melepaskan CO2.
Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk
untuk menentukan sifat tanah
karena warna tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang terdapat
dalam tanah.
Perbedaan warna tanah pada
umumnya dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik. Makin
tinggi kandungan bahan organik
maka warna tanah makin gelap.
Pada lapisan tanah bagian bawah
kandungan bahan organik pada
umumnya rendah sehingga warna
tanah dipengaruhi oleh banyaknya
senyawa Fe (besi).
Didaerah yang sistem pengairannya
buruk atau daerah yang selalu
tergenang air sebagian besar
tanahnya berwarna abu-abu.
Sebaliknya didaerah yang sistem
pengairannya teratur maka dijumpai
warna tanah merah atau cokelat
kekuning-kuningan.
Warna dalam tanah dipengaruhi oleh
persenyawaan besi dalam tanah,
kandungan bahan organik,
persenyawaan kuarsa, persenyawaan
unsur mangan.
Profil Tanah
profil tanah adalah penampang
vertikal dari tanah yang
menunjukkan horizon. Horizon-
horizon yang menyusun profil tanah
berturut-turut dari atas kebawah
adalah horizon O, A, B, dan
C.sedangkan horizon yang menyusun
solum tanah adalah hanya horizon A
dan B.
• Horizon O
Horizon O ditemukan terutama pada
tanah-tanha hutan yang belum
terganggu, merupakan horizon
organik yang terbentuk diatas
lapisan tanah mineral.
• Horizon A
Horizon ini ditemukan dipermukaan
tanah yang terdiri dari campuran
bahan mineral. Merupakan horizon
aluviasi yaitu horizon yang
mengalami pencucian.
A1 : bahan mineral campur dengan
humus, berwarna gelap.
A2 : horizon dimana terdapat
pencucian (aluviasi) maksimum
terhadap liat, Fe, Al bahan organik.
A3 : horizon peralihan ke-B, lebih
menyerupai A.
• Horizon B
Horizon aluviasi (penimbunan) dari
bahan-bahan yang tercuci di
atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
B1 : peralihan dari A ke B, lebih
menyerupai B.
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum
liat, Fe dan Al-Oksida, kadang-
kadang bahan organik.
B3 : peralihan ke-C, lebih
menyerupai B.
• Horizon C
Bahan induk sedikit terlapuk.
• Horizon D atau R
Batuan keras yang belum lapuk.
PH Tanah
Ph tanah adalah derajat keasaman
tanah. Tanah masam jumlah unsur
H- lebih tinggi. Tanah basa (alkali)
kandungan ion OH+ lebih tinggi
daripada ion H+. Tanah netral
kandungan ion H- sama dengan ion
OH- atau tanah yang mempunyai Ph
= 7.
Pada PH tanah netral masam, unsur
hara tidak dapat diserap. Pada PH
tanah masam unsur hara tidak
dapat diserap tanaman karena
diikat oleh Al (aluminium). Pada PH
tanah basa (alkali) unsur hara tidak
dapat diserap tanaman karena
diikat oleh Ca.
Untuk tanah yang terlalu masam
dapat dinaikan PH nya dengan
menambahkan kapur. Sedangkan
tanah yang terlalu basa (alkali)
dapat diturunkan PH-nya dengan
menambahkan belerang.
Struktur dan Tekstur Tanah
Struktur tanah merupakan
gumpalan-gumpalan kecil dari tanah
akibat melekatnya butir-butir
tanah satu sama lain. Struktur
tanah memiliki bentuk yang
berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
a. Lempeng (Platy), ditemukan di
horizon A.
b. Prisma (Prosmatic), ditemukan di
horizon B pada daerah iklim kering.
c. Tiang (Columnar), ditemukan di
horizon B pada daerah iklim kering.
d. Gumpal bersudut (Angular blocky),
ditemukan pada horizon B pada
daerah iklim basah.
e. Gumpal membulat (Sub angular
blocky), ditemukan pada horizon B
pada daerah iklim basah.
f. Granuler (Granular), ditemukan
pada horizon A.
g. Remah (Crumb), ditemukan pada
horizon A.
Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah yang didasarkan
atas perbandingan banyaknya
butir-butir pasir, debu, dan liat di
dalam tanah. Untuk menentukan
tekstur tanah terdapat 12 kelas
dalam segi tiga tekstur tanah.
Ke-12 kelas tekstur tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Pasir. g. Lempung liat.
b. Pasir berlempung. h. Lempung liat
berpasir.
c. Lempung berpasir. i. Lempung liat
berdebu.
d. Lempung. j. Liat berpasir.
e. Lempung berdebu. k. Liat berdebu.
f. Debu. l. Liat.
Di lapangan, tekstur tanah secara
sederhana dapat ditentukan dengan
memilin tanah yang dibasahi dengan
menggunakan jari-jari tangan
(kasar halusnya tanah).
Menurut Taksonomi Tanah (1970),
tanah dibagi menjadi sepuluh macam
yaitu;
1. Oxisol, berasal dari bahasa Prancis
yang berarti oxide atau oksida.
Tanah ini telah mengalami pelapukan
yang hebat, terdiri atas campuran
besi dan aluminium, sedikit bahan
organik. Warnanya dari kuning ke
merah coklat sampai coklat
kemerahan. Jenis tanah ini meliputi
tanah lateritik, latosol, dan laterit
air tanah. (Menurut klasifikasi tanah
tahun 1949).
2. Ultisol, yaitu tanah yang telah
mengalami pelapukan yang sangat
hebat, yang ditandai pula dengan
pengaruh luar, pencucian (leached).
Warnanya merah sampai kuning.
Lateritik coklat kemerahan,
setengah bog (gambut), glei humus
rendah.
3. Vertisol, yaitu golongan tanah
yang khas terdapat pada region-
region bervegetasi sabana atau
steppa, di daerah iklim tropika dan
subtropika yang memiliki musim
kering dan basah yang berganti-
ganti dengan nyata.
4. Entisol, yaitu tanah yang masih
menunjukkan asal bahan induk. Jadi
tanah ini masih baru, belum
menunjukkan perkembangan horizon.
Adapun yang termasuk jenis tanah
ini adalah tanah alluvial, regosol
gunung, regosol pantai, dan lithosol.
5. Inceptisol, yaitu tanah yang masih
muda, baru mulai perkembangan
penampangnya. Namun, sudah ada
eluvasi dan iluvasi. Golongan ini
terjadi dalam hampir semua region
iklim.
6. Spodosol, yaitu tanah yang
tersebar dalam semua iklim,
mempunyai solum yang sangat asam,
kemampuan menahan air rendah,
dan kurang subur.
7. Molisol, yaitu tanah yang memiliki
ciri halus atau lunak, pH kurang dari
7,0. Adapun yang termasuk tanah
jenis ini adalah chesnut, chernozem,
brunizem (prairies), rendzina, dan
sebagainya.
8. Alfisol, yaitu tanah yang tersebar
di daerah beriklim lembap, kaya
dengan alumunium, besi, air, dan
bahan organik. Warnanya abu-abu,
horizonnya mengandung lapisan-
lapisan tanah liat (clay). Adapun
yang termasuk tanah ini adalah
grey-brown podzolic dan wooded,
beberapa planosol dan noncalcic-
brown.
9. Aridisol, yaitu tanah yang
sepanjang tahun kering, kandungan
organiknya rendah, warnanya
kemerah-merahan, terbentuk di
daerah gurun atau semi-gurun.
Adapun yang termasuk tanah jenis
ini adalah reddish dessert, sierozem,
dan raddish brown.
10.Histosol, mencakup semua tanah
organik, seperti tanah organosol dan
gambut (bog).
Jenis-jenis Tanah di
Indonesia
a. Tanah gambut atau tanah
organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan
induk organik seperti dari hutan
rawa atau rumput rawa. Tanah
gambut mempunyai ciri dan sifat,
yaitu tidak terjadi deferensiasi
horizon secara jelas, ketebalan lebih
dari 0,5 meter, warna coklat hingga
kehitaman, tekstur debu lempung,
tidak berstruktur, konsistensi tidak
lekat-agak lekat, kandungan organik
lebih dari 30% untuk tanah tekstur
lempung dan lebih dari 20% untuk
tanah tekstur pasir, umumnya
bersifat sangat asam (pH 4.0),
kandungan unsur hara rendah.
Berdasarkan penyebaran
topografinya, tanah gambut
dibedakan menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut.
1) Gambut ombrogen: terletak di
dataran pantai berawa, mempunyai
ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk
dari sisa tumbuhan hutan dan
rumput rawa, hampir selalu
tergenang air, bersifat sangat
asam. Contoh penyebarannya di
daerah dataran pantai Sumatera,
Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua).
2) Gambut topogen: terbentuk di
daerah cekungan (depresi) antara
rawarawa di daerah dataran rendah
dengan di pegunungan, berasal dari
sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5–
6 meter, bersifat agak asam,
kandungan unsur hara relatif lebih
tinggi. Contoh penyebarannya di
Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa
Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan
Segara Anakan (Cilacap, Jawa
Tengah).
3) Gambut pegunungan: terbentuk
di daerah topografi pegunungan,
berasal dari sisa tumbuhan yang
hidupnya di daerah sedang (vegetasi
spagnum). Contoh penyebarannya di
Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya
tanah gambut dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut:
1) Gambut eutrop, bersifat agak
asam, kandungan O2 serta unsur
haranya lebih tinggi.
2) Gambut oligotrop, sangat asam,
miskin O2, miskin unsur hara,
biasanya selalu tergenang air.
3) Gambut mesotrop, peralihan
antara eutrop dan oligotrop.
b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami perkembangan, berasal
dari bahan induk aluvium, tekstur
beraneka ragam, belum terbentuk
struktur, konsistensi dalam keadaan
basah lekat, pH bermacam-macam,
kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran
aluvial sungai, dataran aluvial pantai
dan daerah cekungan (depresi).
c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami diferensiasi horizon,
tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH
umumnya netral, kesuburan sedang,
berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai.
Penyebarannya di daerah lereng
vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir
pantai.
d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit
mempunyai perkembangan profil,
batuan induknya merupakan batuan
beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan
singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan
pada umumnya berpasir dan tidak
berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil, dan kesuburannya
bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya
di topografi berbukit, pegunungan,
lereng miring sampai curam.
e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang
atau terjadi diferensiasi horizon,
kedalamannya dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga
gumpal, konsistensi gembur hingga
agak teguh, warna coklat merah
hingga kuning. Penyebarannya di
daerah beriklim basah dengan curah
hujan lebih dari 300–1000 cm.
Batuan induk berasal dari tuf, dan
material vulkanik.
f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai
perkembangan profil, agak tebal,
tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan
gumpal hingga pejal di lapisan
bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat
keras dan tanah retak-retak,
umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi,
permeabilitas lambat dan peka erosi.
Jenis ini berasal dari batu kapur,
mergel, batuan lempung atau tuf
vulkanik bersifat basa.
Penyebarannya di daerah iklim
subhumid atau subarid, curah hujan
kurang dari 2500 mm/tahun.
g. Podsolik merah kuning
Tanah mineral telah berkembang,
solum (kedalaman) dalam, tekstur
lempung hingga berpasir, struktur
gumpal, konsistensi lekat, bersifat
agak asam (pH kurang dari 5.5),
kesuburan rendah hingga sedang,
warna merah hingga kuning,
kejenuhan basa rendah, peka erosi.
Tanah ini berasal dari batuan pasir
kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam.
Tersebar di daerah beriklim basah
tanpa bulan kering, curah hujan
lebih dari 2500 mm/tahun.
h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami
perkembangan profil, susunan
horizon terdiri atas horizon albic
(A2) dan spodic (B2H) yang jelas,
tekstur lempung hingga pasir,
struktur gumpal, konsistensi lekat,
kandungan pasir kuarsanya tinggi,
sangat masam, kesuburan rendah,
kapasitas pertukaran kation sangat
rendah, peka terhadap erosi, batuan
induk berupa batuan pasir dengan
kandungan kuarsanya tinggi, batuan
lempung, dan tuf vulkan masam.
Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 2000
mm/tahun tanpa bulan kering,
topografi pegunungan. Contohnya, di
daerah Kalimantan Tengah,
Sumatra Utara dan Irian Jaya
(Papua).
i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah
mengalami perkembangan profil,
solum agak tebal, warna agak coklat
kekelabuan hingga hitam, kandungan
organik tinggi, tekstur geluh
berdebu, struktur remah, konsistensi
gembur dan bersifat licin berminyak
(smeary), agak asam, kejenuhan
basa tinggi dan daya absorpsi
sedang, kelembaban tinggi,
permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal
dari batuan induk abu atau tuf
vulkanik.
j. Mediteran merah – kuning
Tanah mempunyai perkembangan
profil, solum sedang hingga dangkal,
warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur
geluh hingga lempung, struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh
dan lekat bila basah, pH netral
hingga agak basa, kejenuhan basa
tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi,
berasal dari batuan kapur keras
(limestone) dan tuf vulkanis bersifat
basa. Penyebaran di daerah beriklim
sub humid, bulan kering nyata.
Curah hujan kurang dari 2500 mm/
tahun, di daerah pegunungan
lipatan, topografi karst dan lereng
vulkan, ketinggian di bawah 400 m.
Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst
disebut terra rossa.
k. Hidromorf kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya
lebih dipengaruhi oleh faktor lokal,
yaitu topografi merupakan dataran
rendah atau cekungan, hampir selalu
tergenang air, solum tanah sedang,
warna kelabu hingga kekuningan,
tekstur geluh hingga lempung,
struktur berlumpur hingga masif,
konsistensi lekat, bersifat asam (pH
4.5-6.0), kandungan bahan organik.
Ciri khas tanah ini adanya lapisan
glei kontinu yang berwarna kelabu
pucat pada kedalaman kurang dari
0.5 meter akibat dari profil tanah
selalu jenuh air. Penyebaran di
daerah beriklim humid hingga sub
humid, curah hujan lebih dari 2000
mm/tahun.
l. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah
yang karena sudah lama (ratusan
tahun) dipersawahkan
memperlihatkan perkembangan
profil khas, yang menyimpang dari
tanah aslinya. Penyimpangan antara
lain berupa terbentuknya lapisan
bajak yang hampir kedap air disebut
padas olah, sedalam 10-15 cm dari
muka tanah dan setebal 2-5 cm. Di
bawah lapisan bajak tersebut
umumnya terdapat lapisan mangan
dan besi, tebalnya bervariasi
tergantung pada permeabilitas
tanah. Lapisan tersebut dapat
merupakan lapisan padas yang tak
tembus perakaran, terutama bagi
tanaman semusim. Lapisan bajak
tersebut nampak jelas pada tanah
latosol, mediteran dan regosol,
samara-samara pada tanah aluvial
dan grumosol.