Showing posts with label Art. Show all posts

Cinta itu datang dengan cara tak terduga
Cinta iyu memberikan perasaan senang disaat kita sedih,dan memberikan sesuatu kehangatan yang amat dalam
 menjadi 
selalu berdebar saat merasakan jatuh cinta
di dalam hati ini

selalu lupa waktu dan serasa dunia milik berdua kalau sudah begini


duduk berdua menatap mata sampai dalam
dan itu berlanjud sampai


tapi terkadang penghianatan datang


rasa sakit tak tertahan pun datang 
rasanya pengen....
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v


tetapi mencoba tetap tegar walau airmata tak tertahan
dan masih ada sahabat yang menyuport kita


di saat susah 

maupun
senang

berharap belahan hati bisa menghibur kita



Cinta Itu.........

Posted by : Ilham Setiawan
Tuesday 18 December 2012
0 Comments

Assalamualikum
saya akan ngepost tentang idola saya si burung merak W.s rendra


Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah.


yahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.

Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat. Ia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an. “Kaki Palsu” adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995). Untuk kegiatan seninya Rendra telah menerima


banyak penghargaan, antara lain Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954) Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956); Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970); Hadiah Akademi Jakarta (1975); Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976) ; Penghargaan Adam Malik (1989); The S.E.A. Write Award (1996) dan Penghargaan Achmad Bakri (2006).

Baru pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra mendapat lima anak: Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta. Satu di antara muridnya adalah Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, putri darah biru Keraton Yogyakarta, yang bersedia lebur dalam kehidupan spontan dan urakan di Bengkel Teater. Tugas Jeng Sito, begitu panggilan Rendra kepadanya, antara lain menyuapi dan memandikan keempat anak Rendra-Sunarti.

Ujung-ujungnya, ditemani Sunarti, Rendra melamar Sito untuk menjadi istri kedua, dan Sito menerimanya. Dia dinamis, aktif, dan punya kesehatan yang terjaga, tutur Sito tentang Rendra, kepada Kastoyo Ramelan dari Gatra. Satu-satunya kendala datang dari ayah Sito yang tidak mengizinkan putrinya, yang beragama Islam, dinikahi seorang pemuda Katolik. Tapi hal itu bukan halangan besar bagi Rendra. Ia yang pernah menulis litani dan mazmur, serta memerankan Yesus Kristus dalam lakon drama penyaliban Cinta dalam Luka, memilih untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada hari perkawinannya dengan Sito, 12 Agustus 1970, dengan saksi Taufiq Ismail dan Ajip Rosidi.

Peristiwa itu, tak pelak lagi, mengundang berbagai komentar sinis seperti Rendra masuk Islam hanya untuk poligami. Terhadap tudingan tersebut, Rendra memberi alasan bahwa ketertarikannya pada Islam sesungguhnya sudah berlangsung lama. Terutama sejak persiapan pementasan Kasidah Barzanji, beberapa bulan sebelum pernikahannya dengan Sito. Tapi alasan yang lebih prinsipil bagi Rendra, karena Islam bisa menjawab persoalan pokok yang terus menghantuinya selama ini: kemerdekaan individual sepenuhnya. Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai, katanya sambil mengutip ayat Quran, yang menyatakan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher seseorang. Toh kehidupannya dalam satu atap dengan dua istri menyebabkan Rendra dituding sebagai haus publisitas dan gemar popularitas. Tapi ia menanggapinya dengan ringan saja. Seperti saat ia menjamu seorang rekannya dari Australia di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Ketika melihat seekor burung merak berjalan bersama dua betinanya, Rendra berseru sambil tertawa terbahak-bahak, Itu Rendra! Itu Rendra!. Sejak itu, julukan Burung Merak melekat padanya hingga kini. Dari Sitoresmi, ia mendapatkan empat anak: Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati. Sang Burung Merak kembali mengibaskan keindahan sayapnya dengan mempersunting Ken Zuraida, istri ketiga yang memberinya dua anak: Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. Tapi pernikahan itu harus dibayar mahal karena tak lama sesudah kelahiran Maryam, Rendra menceraikan Sitoresmi pada 1979, dan Sunarti tak lama kemudian.

Karya Sajak/Puisi W.S. Rendra
Jangan Takut Ibu
Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
Empat Kumpulan Sajak
Rick dari Corona
Potret Pembangunan Dalam Puisi
Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!
Nyanyian Angsa
Pesan Pencopet kepada Pacarnya
Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
Perjuangan Suku Naga
Blues untuk Bonnie
Pamphleten van een Dichter
State of Emergency
Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
Mencari Bapak
Rumpun Alang-alang
Surat Cinta
Sajak Rajawali
Sajak Seonggok Jagung

Biografi dan All about W.S Rendra

Posted by : Ilham Setiawan 0 Comments
Sand painting sebenernya bukan seni yang baru. Seni murni dengan media gelas dan pasir ini sungguh memiliki kelasnya sendiri. Kalau Anda kebetulan mengajar atau menyekolahkan anak di sekolah TK bertaraf internasional, aktifitas seni lukis dengan media pasir-gelas sering ditemukan di beberapa sekolah. Baby first , salah satu stasiun khusus anak yang mejeng di TV berlangganan Indonesia juga menyajikan tayangan sandpainting bertajuk " Sandman ". Tampilan ini digadang-gadang mampu menstimulasi kemampuan imajinasi dan berpikir anak. Hum (¬ ͡͡ ˛ ¬ ͡͡ ") º haahahaha aku MAsih SMA aja ngak tau


seni lukis pasir semula berkembang di sebelah barat daya Amerika, oleh penduduk yang dikenal dengan sebutan " Navajo "(1800 -). Sampai saat ini, penduduk Navajo masih mempraktekkan seni lukis ini karena konon, praktek melukis dengan pasir dipercaya mampu mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan sakit penyakit. Sandpainting kala itu dikenal juga dengan sebutan drypainting karena media yang digunakan harus kering betul. Sandpainting juga lazim dipakai para biksu Tibetan, Suku Aborigin Australia dan masyarakat Amerika Latin pada acara-acara tertentu, sejak lama .

Uniknya, seni ini terus berkembang dan makin menarik perhatian tidak hanya pelaku seni, tetapi juga masyarakat awam. Di Indonesia sendiri, sandpainting dikembangkan dengan apik dalam seni pewayangan. Adalah bapak Fauzan, sang dalang perintis pewayangan dengan media gelas / kaca dan pasir. Dari sumber yang saya baca, bapak Fauzan masih satu-satunya dalang wayang pasir di Tanah Air, bahkan se Asia Tenggara. Kiprah bapak alumnus Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) ini banyak membuat orang berdecak kagum.


Bagaimana bentuk pementasan Pewayangan Pasir?

Berbeda dari pewayangan boneka ( puppets ) yang kental dengan cerita dalam lakon boneka wayang, pertunjukan pewayangan pasir menuntut dalang tidak hanya pintar bercerita, tetapi cekatan melukis 'wayang'nya dengan pasir diatas media gelas. Diiringi musik, dalang akan bercerita dan membuat goresan dengan jari-jari tangannya di atas wadah bening berisi serbuk pasir halus. Semakin lama goresannya terlihat jelas menjadi gambar yang ingin disampaikan. Penonton akan menyaksikan pewayangan lewat layar yang diproyeksikan dari wadah bening pasir dalang.

Kala menyaksikan pewayangan pasir, tak hentinya saya ber-woooww-waaaawww takjub. Asli Keren. Dalam film "Malaikat tanpa Sayap" besutan Rako Prijanto, kita bisa melihat sekilas performa seni wayang pasir ini. Cek pewayangannya bawah ya!

Jadi, tertarik menonton pewayangan ini? ato, ingin berkiprah jadi dalang baru?Monggo!! Kami (penonton) siap menyambut .. (ง '⌣') ง (ง '⌣') ง


ALL ABOUT Sandpainting: Seni Pewayangan Pasir

Posted by : Ilham Setiawan
Saturday 15 December 2012
0 Comments

Seni batik adalah hasil dari budaya nenek moyang Indonesia. Sebelum kita sepakati bahwa seni batik adalah merupakan hasil kebudayaan maka perlu dijelaskan terlebih dahulu apa itu kebudayaan.
Kebudayaan dalam buku antropologi koenjaraningrat secara etimologi atau kebahasaan berasal dari kata Budi yang artinya akal dan daya yang mempunyai arti kekuatan. Budaya yaitu kekuatan akal. Sedangkan menurut terminology atau arti luas menurut koentjaraningrat yaitu keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Koejaraningrat juga menjelaskan lebih rinci lagi mengenai unsr-unsur kebudayaan, antara lain :
Bahasa
System Pengetahuan
Organisasi Sosial
System Peralatan dan Teknologi
System Mata Pencaharian
System Religi
Kesenian
Dengan mengacu pada pandangan teori budaya di atas, maka seni batik sebagai hasil budaya artinya masuk pada kategori hasil budaya kesenian. Ttidak sampai disini pemahaman mengenahi seni batik. Akan tetapi batik mempunyai umur yang sama tuanya dengan teori doa yang menjadi teori manusia yang paling tua. Akan lebih jelasnya bisa kita lihat dalam asal-usul seni batik.
Asal Usul seni batik
Mengenahi pertanyaan tentang asal muala seni batik banyak versi yang mngatakan mengenahi asal muasalnya. Situs mengenahi batik ada banyak kita peroleh pada wikipedia ataupun lainnya. Versi pertama bahwa batik berasal dari luar Indonesia yaitu srilangka, gujarad, dan afrika selatan yang disebarkan lewat perdagangan ke seluruh asia termasuk Indonesia. Versi kedua adalah batik berasal  dari Indonesia asli. Pendapat ini diperkuat oleh penelitian dari Soeharto dkk, dalam buku Indonesia Indah “Batik” (BP3) yaitu berawal dari penemuan situs-situs ragam hias atau pelukisan di dinding-dinding gua. Ragam hias ini banyak ditemukan di gua-gua pedalaman Kalimantan berupa ragam hias atau pelukisan gambar manusia, hewan, dan yang paling banyak adalah gambar terentang telapak tangan manusia pada dinding-dinding gua yang dibubuhi dengan pigmen merah sebagai system symbol kepercayaan magis
Gambar gambar telapak tangan tersebut oleh masyarakat primitive merupakan kepercayaan mereka terhadap kekuatan-kekuatan gaib/ magis. Secara magis masyarakat tersebut pada awalnya teknik rintang bertujuan untuk mengundang roh pelindung guna menolak roh jahat. Telapak tangan sebagai symbol penolak bala sedangkan pigmen merah dianggap symbol roh jahat.
Anggapan bahwa dari tradisi pelukisan itulah yang oleh Soeharto dkk, sebagai asal muasal seni batik. Versi ini dikarenakan oleh teknik pelukisan di dinding gua tersebut menggunakan teknik rintang warna seperti pada seni batik.
Perkembangan seni ini belum ada yang meneliti secara detail bagaimana dari pelukisan di dinding gua sampai menjadi bahan sandang batik. Akan tetapi dapat dianalisa dan dijadikan pijakan bagaiman perkembangan seni batik yaitu dari pelukisan di dinding gua kemudian masyarakat primitive berkembang dan mengeksplorasi zat-zat pewarna alam. Masyarakat pedalaman memanfaatkan penemuannya tersebut bukan lagi pada pelukisan di gua melainkan mulai melakukan pelukisan di tubuh dengan istilah rajah (tattoo). Kemudian setelah peradapan manusia semakin maju masyarakat primitive pun mulai mengenal pakaian dan seni pewarnaan mulai masuk pada sandang.
Asumsi tersebut cukup masuk akal mengingat ada bukti-bukti bagaimana pewarnaan pada tubuh (body painting) sampai pada pelukisan dan pewarnaan pada sandang sampai sekarang masih ada. Kemudian oleh karena perkembangan peradapan manusia yang semakin maju maka batik atau teknik rintang warna mulai dikembangkan dan mengalami penyempurnaan-penyempurnaan. Penyebaran yang memungkinkan adalah perdagangan dan pada saat masyarakat pada fase masyarakat kerajaan. Dari sinilah akulturasi budaya berkembang dan mengalami pemodifikasian dari bentuk sedehana menjadi bentuk baru.
Pada teori di atas jelaslah bahwa batik merupakan peninggalan budaya manusia terutama pada system religi dan berkembang menjadi kesenian. Bukti-bukti yang menguatkan batik berasal dari Indonesia yang dimulai dari pedalaman Kalimantan yaitu; batik mulai menjadi budaya berkembang pesat pada jaman kerajaan dan di Indonesia kerajaan pertama kali tumbuh adalah Kutai di Kalimantan.


yang diatas adalah batik bakaran dan jika mau beli ke sini aja "KLIK DISINI"

Sejarah Seni Batik merupakan seni rupa

Posted by : Ilham Setiawan 0 Comments
Assalamualikum wr.wb

kali ini saya ilham setiawan seniman yang belum terkenal akan memosting tentang Seni.

sebenarnya seni itu apa?
mari anda mengorek lebih dalam kepala anda semuanya ya.....
apa itu seni
menurut sarjana dan anak kuliahan

seni adalah
Ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan kedalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, syair, yang mengandung unsue-unsur keindahan, dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain.


tapi itu sudah mainstream dan umum
sebenarnya seni bisa saya artikan seperti di atas dan saya bisa mengartikan sendiri apa itu seni.
menurut Dr.ilham setiawan(amin aku aja baru SMA) seni adalah
Ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan kedalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, syair, yang mengandung unsue-unsur keindahan, dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain.(yah sama juga) tapi ada tambahan bahwa seni menurut saya harus di hargai dan di kenang sepanjang masa
contoh


lukisan di atas adalah karya bapak sekaligus idola para seniman yaitu 
tuan leonardo da vinci
dia sangat cekatan dengan seni dan dia sangat terkenal dengan sosok misterius mona lisa

kembali ke seni
apakah lukisan monalisa tidak di kenang sepanjang masa jawabanya "jelas"
bahkan saya bermimpi untuk melihat di musium paris
dan apakah tidak di hargai "jelas bahkan karyanya tidak bisa di nilai dengan uang"
itulah yang di sebut seni

dan seni bisa di terapkan sesuai kata hati anda jadi berkarya itu haruslah indah
tapi jelas kalau suruh ngambar gambaran saya jelek tapi saya menghargai seni

sekian yang saya sampaikan
bila ada salah ketik saya mohon komen salam "lokopou"

Apa itu Seni?

Posted by : Ilham Setiawan
Friday 14 December 2012
0 Comments

Ngobrol Bareng Otaku

- Copyright © 2013 Otaku Lokopou - ilham se - Powered by Blogger - Designed by ilham Seaka -